-->

laporan kimia dasar

Posting Komentar



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut) (Brady, 1999 : 540).
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).
Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada suhu 0ºC, tapi dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0ºC, dan inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.
Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan mencoba pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah dibandingkan pelarut murninya.
Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif (Brady, 1999 : 540).
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0ºC. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang) (Brady, 1999 : 540).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat suatu larutan yang mengalami (Petrucci, 2000 : 175):
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan dapat mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Adanya partikel zat terlarut tersebut juga akan mengakibatkan kanaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan. Menurut hokum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan tidak mengalami disosiasi (larutan non elektrolit), sebanding dengan banyaknya partikel zat terlarut. Besarnya kenaikan titik didih larutan 1 molal disebut kenaikan titik didih molal, Kb. Sedangkan besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal disebut penurunan titik beku molal, Kf. Untuk larutan encer berlaku:
ΔTb = m x Kb
ΔTf = m x Kf
Dengan : ΔTb = Kenaikan titik didih larutan
ΔTf = Penurunan titik beku larutan
Kb = kanaikan titik didih molal
Kf = penurunan titik beku molal
M = Molalitas larutan
Besarnya molalitas larutan yang sejenis sebanding dengan massa zat terlarut dan berbanding dengan massa molekul zat terlarut. Jika massa zat terlarut dan massa zat pelarut diketahui, maka massa molekul zat terlarut dapat ditentukan berdasarkan sifat koligatif suatu larutan.
Untuk larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan dapat mengalami disosiasi (larutan elektrolit), besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan, dipengaruhi oleh derajad disosiasi larutan.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang rendah, maka molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan memiliki titik didih yang lebih rendah.
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan).
Telah dijelaskan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya.Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.
B. Tujuan Praktikum
1.  Memahami pengaruh keberadaan suatu zat terlarut teradap sifat fisis   larutan
2.  Menggunakan penurunan titik didih suatu larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
    
    


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Sifat kolegatif  larutan adalah sifat larutan yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan bukan oleh ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan dan besarnya pengaruh itu tergantung pada jumlah partikel tersebut. Ada empat sifat kolegatif  larutan, yaitu (Brady, 1999 : 540):
1. Penurunan tekanan uap jenuh  (ΔP)
2. Peningkatan titik didih  (ΔTd)
3. Penurnan ttik beku (ΔTb)
4. Tekanan osmotik (brady, 1999)
 1. Penurunan Tekanan Uap
Dari hukum roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar dari pada tekanan uap pelarut dalam larutan. Besar perbaedaanya adalah
PA = XAPA
PA = (1-XB) PA = PAO – XBPAO
PA-PAO = XBPAO
ΔP = XBPAO
Keterangan :
ΔP = penurunan tekanan uap pelarut (mmHg)
PAO = tekanan uap pelarut murni (mmHg)
XB = fraksi mol zat pelarut


2.  Penigkatan titk didih (ΔTd) dan penurunan titik beku (ΔTd)
Titik didih normal cairan murni atau larutan adalah suu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm, karna zat terlarut menutunkan tekan uap,  makasuhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih tinggi  daripada titik didih pelarut murni. Peristwa ini disebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk menetukan masa molar (syukri 1999).
Peningkatan titik didih dan penurunan titik beku dari suatu larutan berbanding lurus dengan konsentrasi molar (m) dari larutan. Tiap pelarut mempunyai konsenta tertentu yag spesifik. Konsenta ini disebut dengan tetaapan kenaikan titik didih ( kd).
Persamaannya adalah :
·       Peningkatan titik didih (ΔTd)
ΔTd = Kd . m
ΔTd = Kd
·       Penurunan titik beku (ΔTb)
ΔTb = Kb . m
ΔTb = Kb. .
Keterangan :
ΔTd = Kenaikan titik didih (K)
ΔtB = Penurunan titk beku (K)
Kb  = Tetapan kenaikan titik didih (K kg/mol)
Kd  = Tetapan penurunan titik beku (K kg/ mol)
Gr   = masa terlarut (kg)
Mr  = masa molekul relatif
P     = besarnya pelarut (petrucci, 1987).



3. Tekanan osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan kepada larutan sehingga dapat mencegah mengalirnya molekul pelarut memasuki laritan melalui selaput ssemipermeabel. Semipermeabel adalah membran yang berperan penting dalam tranpor molekul mellalui membran sel. Membran ini memiarkan molekul kecil dapat melewati tetapi tahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat (syukri, 1999).
B. Uraian Bahan
        1. Sikloheksana (). (FI edisi III, hal. 729-730)
            Nama resmi                 : Sikloheksana
            Nama lain                    : sikloheksan
Rumus struktur            :-
Rumus molekul           : C6H12
Berat molekul              :-
Pemerian                     : Serbuk hablur, putih.
            Kelarutan                    : Larut dalam etanol (95 %) P.
            Suhu lebur                   : 205o sampai 209o

2. Asam sulfat (FI edisi III, hal 58)
    Nama resmi                  : Acidum Sulfuricum
Nama lain                    : Asam sulfat
Rmus struktur              :-
Rumus molekul           : H2SO4
Berat molekul              : 98,07
Pemerian                      :
Cairan kental seperti minyak, koroif tidak berwarna, jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.
Kelarutan                    :-
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat                        : Zat tambahan
3. Aquadest (FI edisi III, hal 96)
     Nama resmi                 : Aqua Destillata
Nama lain                    : Air Suling
Rumus struktur            :-
Rumus molekul           : H2O
Berat molekul              : 18,02
Pemerian                      :
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan                    :-
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
- Tabung reaksi
- Gelas beker besar (500 ml atau 1000 l)
- Pengaduk gelas
- Gelas ukur
- Neraca analitik
- Termometer
2. Bahan
     - Sikloheksana
     - H2SO4
     - H2O
     - Es batu
B. Prosedur Kerja
a. Penentuan titik beku larutan
     1. Disiapkan alat dan bahan yang akan dgunakan
2. Dimasukan larutan sikloheksana 2 ml kedalam tabung reaksi
3.  Dimasukan aquadest secukupnya kedalam gelas kimia yang berukuran kecil
4. Dimasukan es batu kedalam gelas beker yang berukuran agak besar dan tanbahkan garan secukupnya agar es batu tidak cepat meleleh
5. Dimasukan tabung reaksi yang berisi larutan sikloheksan 2 ml ke dalam gelas kimia yang berisi aquadest menggunakan gegep kayu, kemudia dimasukkan atau diletakkan kedalam gelas beker yang berisi es batu
6. Diukur suhu larutan sikloheksan 2 ml dengan menggunakan termometer.
7. Diamati setiap 10 detik dan dilakukan selama 8 menit.
b. Penentuan titik beku larutan contoh
     1. Disiapkan alat dan bahan yang akan dgunakan
2. Dimasukan larutan H2SO4 2 ml kedalam larutan sikloheksana 2 ml kedalam tabung reaksi
3.  Dimasukan aquadest secukupnya kedalam gelas kimia yang berukuran kecil
4. Dimasukan es batu kedalam gelas beker yang berukuran agak besar dan tanbahkan garan secukupnya agar es batu tidak cepat meleleh
5. Dimasukan tabung reaksi yang berisi larutan H2SO4 2 ml + larutan sikloheksan 2 ml ke dalam gelas kimia yang berisi aquadest menggunakan gegep kayu, kemudia dimasukkan atau diletakkan kedalam gelas beker yang berisi es batu
6. Diukur suhu larutan H2SO4 2 ml + larutan sikloheksan 2 ml dengan menggunakan termometer.
7. Diamati setiap 10 detik dan dilakukan selama 8 menit.















BAB IV
HASIL PENGAMATAN AN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Sikloheksan
Waktu
1 menit
Suhu
Waktu 2 menit
suhu
Waktu 3 menit
suhu
10 s ke-1
30oC
10 s ke-1
18 oC
10 s ke-1
15 oC
10 s ke-2
28 oC
10 s ke-2
17 oC
10 s ke-2
14 oC
10 s ke-3
24 oC
10 s ke-3
16 oC
10 s ke-3
14 oC
10 s ke-4
23 oC
10 s ke-4
16 oC
10 s ke-4
14 oC
10s ke-5
10 oC
10s ke-5
15 oC
10 s ke-5
14 oC
10 s ke-6
19 oC
10 s ke-6
15 oC
10 s ke-6
14 oC

Waktu 4 menit
suhu
Waktu 5 menit
suhu
Waktu 6 menit
Suhu
10 s ke-1
13oC
10 s ke-1
12oC
10 s ke-1
12oC
10 s ke-2
13oC
10 s ke-2
12oC
10 s ke-2
11oC
10 s ke-3
13oC
10 s ke-3
12oC
10 s ke-3
11oC
10 s ke-4
13oC
10 s ke-4
12oC
10 s ke-4
11oC
10 s ke-5
13oC
10 s ke-5
12oC
10 s ke-5
11oC
10 s ke-6
13oC
10 s ke-6
12oC
10 s ke-6
11oC





Waktu 7 menit
suhu
Waktu 8 menit
suhu
Waktu 9 menit
suhu
10 s ke-1
11oC
10 s ke-1
10oC
10 s ke-1
9 oC
10 s ke-2
10oC
10 s ke-2
9,5 oC
10 s ke-1
9 oC
10 s ke-3
10oC
10 s ke-3
9,5 oC
10 s ke-1
9 oC
10 s ke-4
10oC
10 s ke-4
9,5 oC
10 s ke-1
9 oC
10 s ke-5
10oC
10 s ke-5
9 oC
10 s ke-1
8,5 oC
10 s ke-6
10oC
10 s ke-6
9 oC
10 s ke-1
8,5 oC

2. H2SO4
Waktu 1 menit
suhu
Waktu 2 menit
suhu
Waktu 3 menit
suhu
10 s ke-1
23oC
10 s ke-1
12oC
10 s ke-1
8 oC
10 s ke-2
22oC
10 s ke-2
11 oC
10 s ke-1
8 oC
10 s ke-3
18oC
10 s ke-3
10 oC
10 s ke-1
8 oC
10 s ke-4
16oC
10 s ke-4
10 oC
10 s ke-1
7 oC
10 s ke-5
15oC
10 s ke-5
9 oC
10 s ke-1
7 oC
10 s ke-6
13oC
10 s ke-6
9 oC
10 s ke-1
6,7 oC

Waktu 4 menit
suhu
Waktu 5 menit
suhu
Waktu 6 menit
suhu
10 s ke-1
6,5oC
10 s ke-1
5,5oC
10 s ke-1
5 oC
10 s ke-2
6oC
10 s ke-2
5 oC
10 s ke-1
5 oC
10 s ke-3
6oC
10 s ke-3
5 oC
10 s ke-1
5 oC
10 s ke-4
6oC
10 s ke-4
5 oC
10 s ke-1
5 oC
10 s ke-5
6oC
10 s ke-5
5 oC
10 s ke-1
5 oC
10 s ke-6
6oC
10 s ke-6
5 oC
10 s ke-1
5 oC


B. Perhitungan
            a. Sikloheksana
                dik:  ∆ṯf       = 8,5
Kf        = 1,86
V         = 2 ml
Dit: Mr ....?
Penyelesaian:
            Massa = 2.e
                           2.0,78 = 1,56 g
∆tf  = kf . m
8,5  = kf . gram/mr . 1000/p
8,5  = 1,86 . 1,56/mr . 1000/100
8,5  = 1,86 . 1,56/mr . 10
8,5  = 29,01. Mr
Mr  = 29,01/8,5
Mr  = 2,78
b. H2SO4
    dik: ∆ṯf        = 5
Kf        = 1,86
V         = 4 ml
Dit: Mr ....?
Penyelesaian:
Massa = 4 . e
                          4 . 0,78 = 3.12
∆tf  = kf . m
5     = 1,86 . gram/mr . 1000/p
5     = 1,86 . 3,12/mr . 1000/10
5     = 1,86 . 3,12/mr . 100
5     = 580,32  mr
Mr  = 580,32/5
Mr  = 116,064
C. Mekanisme Reaksi
C6H12 → C12++H6-
H2SO4→ H++SO42

D. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat yang bergantung hanya pada jumlah partikel zat zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis partikelnya. Jadi suatu larutan yng berbeda jenisnya, namun memiliki jumlah partikel yang sama akan memiliki sifat koligatif yang sama pula (Sutresna, 2006).
Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif (Brady, 1999 : 540).
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0ºC. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang) (Brady, 1999 : 540).
Pada percobaan kali ini yaitu melakukan percobaan sifat koligatif larutan dengan maksud tujuan memahami pengaruh keberadaan suatu zat terlarut terhadap ifat fisis larutan dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan untuk mementukan massa molekul relatif  dari zat terlarut.
Telah kita ketahui bahwa sifat koligatif larutan merupakan sifat fisi yang bergantung oda jumlah partikel larutan tetapi tidak tergantung pada jenis larutan. Sifat koligatif larutan dibedakan menjadi 4, yaitu:
            1. Penurunan tekanan uap jenuh (∆p)
2. Peningkatan titik didih (∆td)
3. Penurunan titik beku (∆tb)
4. Tekanan Osmotik (Braddy, 1999)
Pada praktikum sifat koligatif larutan digunakan bahan praktikum yaitu sikloheksnana sebagai zat pelarut, pada percobaan pertama praktikan mengukur suhu awal dan suhu konstan dari larutan sikloheksana dengan menggunakan termometer. Dimana diketahui suhu awal sikloheksana yaitu 30oC yang kemudian diamati suhunya setiap 10 detik selama 8 menit, dan didapatkan suhu konstan yaitu 8,5oC. Selanjutnya diukur pula suhu dari H2SO4 yang mana suhu awalnya yaitu 23oC yang setelah dimasukan kedalam tabung reaksi dan dan tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu dan garam suhuna menjadi 5oC dalam waktu 8 menit.
Setelah dilakukan praktikum sesuai prosedur kerja disimpulkan bahwa dari kedua larutan tersebut bahwa hasil dari pengamatan yaitu kedua larutan menglami perbedaan suhu dan waktu penurunan titik beku,  semakin besar molalitas suatu larutan, makin tinggi penurunan titik beku larutan.









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
 Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini yaitu sifat kligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut bukan zat pelarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Terdapat empat sifat koligatif larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik. Dan ternyata titik beku sikloheksana lebih tinggi dibandingkan titik beku pada larutan.
B. Saran
 Setiap melakukan pratikum selanjutnya agar memperhatikan termometer dengan saksama sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran pada suhu, dan tetap tenagn dalam memasukkan tabung yang berisi llarutan baik dalam pengujian penurunan titik beku dan peningkatan titik didih dan posisi tabung harus sama sampai akhir agar hasil lebih optimal. usahakan es dalam percobaan penuruna titik beku berukuran tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.jika terlalu besar maka akan sulit dalam memasukkan tabung berisi larutan, namun jika terlalu kecil maka es akan cepat mencair.



















DAFTAR PSTAKA

Sutresna, T. M,dkk. 1999. Sains Kimia. Bumi Aksra, Jakarta
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. ITB, Bandung
Braady, E, James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Strktur, Binarupa Aksara: Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan: Jakarta
Petrucci, RalpSuminar. 1985. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter