ANALYSIS OF CHEMICAL SUBSTANCES IN
PREPARATIONS OF HERBAL MEDICINE IN KLT
ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM SEDIAAN
JAMU SECARA KLT
osin hamudin, sitti hofifa, aas
indarayanti, eva erfiana
Prodi farmasi, stikes mandala waluya
ABSTRAK
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat (Permenkes, 2012).
penggunaan obat tradisional dimasyarakat mengalami peningkatan karena
dianggap lebih aman sebagai pengobatan. Namun, kesempatan ini sering
dimanfaatkan oleh produsen obat tradisional yang hanya mencari keuntungan
finansial tanpa memperdulikan manfaat obat dan risiko yang dapat ditimbulkan
oleh obat tradisional. Tujuan dari percobaan kali untuk mengidentifikasi ada
tidaknya asam mefenamat yang terkandung dalam sediaan jamu pegalinu dengan
metode KLT dan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya deksametason yang
terkandung dalam sediaan jamu penambah napsu makan dengan metode KLT.
Identifikasi sediaan jamu secara KLT menggunakkan sampel jamu CLENG MAREM dan
jamu SABDO TANGKUR dan deksametason dan asam mefenamat gunakkkan sebagai pembanding yang di
mana jamu cleng mareng memiliki manfaat
sebagai jamu pegal linu dan sakit pinggang, mencegah hipertensi, menambah
selera makan, menjaga stamina tubuh, menjaga berat badan, melancarkan sistem
pencernaan, serta jamu sabdo tangkur memiliki manfaat Khasiat:
membantu memelihara kesehatan pria dan menambah napsu.
Keyword
: jamu sabdo tangkur, jamu cleng marem, KLT, deksametason dan asam mefenamat
PENDAHULUAN
obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat (Berdasarkan Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan)
No.007/Menkes/ Per/1/2012 ).Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan
masyarakat menengah ke bawah dikarenakan harga yang sangat terjangkau. Alasan
lainnya masyarakat menggunakan obat tradisional yaitu penggunaan tanaman obat
atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis (Kumala Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006.).
Jamu sebagai salah satu bentuk obat
tradisional, tidak diperbolehkan
mengandung bahan kimia obat (BKO). Hal ini telah ditegaskan dalam
PERMENKES nomor 007 tahun 2012 mengenai registrasi obat tradisional.
Berdasarkan
Permenkes RI No.007 tahun 2012, obat tradisional dilarang menggunakan bahan
kimia yang berkhasiat obat. Namun pada kenyataanya, di pasaran masih juga
beredar jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO). Sejalan dengan
perkembangan obat tradisional ini menjadikan persaingan yang semakin ketat dan
cenderung membuat industri jamu menghalalkan segala cara untuk dapat bertahan,
serta mencampur jamu dengan bahan bahan kimia berbahaya sering dilakukan untuk
menjadikan jamu tersebut berkhasiat secara instan. Hal ini berbahaya bagi tubuh
manusia karena selain memiliki efek samping dan kontra indikasi, obat sintetik
juga memiliki dosis tertentu yang harus dipatuhi saat terapi agar menimbulkan
efek terapi dan tidak terjadi reaksi toksisitas karena kelebihan dosis
pemakaian (Hermanto,2007). Bahan kimia obat (BKO) merupakan zat-zat kimia yang
digunakan sebagai bahan utama obat kimiawi yang biasanya ditambahkan dalam
sediaan obat tradisional/jamu untuk memperkuat indikasi dari obat tradisional
tersebut. Obat tradisional yang biasa mengandung BKO adalah yang memiliki
indikasi untuk rematik, penghilang rasa sakit, dan afrodisiak (BPOM, 2014).
Analisis BKO sudah banyak dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis
dengan pengembang yang sesuai. Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik
pemisahan cara lama yang digunakan secara luas, terutama dalam analisis
campuran yang rumit dari sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini
kromatografi lapis tipis digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer
Chromatography) atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi. Kromatografi
kertas adalah salah satu metode identifikasi dan pengujian kemurnian suatu
senyawa (Kumala Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006.).
Beberapa bahan kimia obat yang sering
ditambahkan dalam jamu tersebut adalah dexamethason yang khasiat sebagai
antiradang kuat. Dexamethason sering mengakibatkan myopathy (otot menyusut dan
nyeri) pada penggunaan oral, juga menekan adrenal agak kuat (Widyawati, E dkk,
2015. ) sedangkan Asam mefenamat merupakan salah satu bahan obat yang memiliki
efek analgesik. Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk
kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS) (Munaf, 1994).
METODOLOGI KERJA
Bahan
bahan yang di gunakkan adalah sampel jamu CLENG MAREM dan jamu SABDO
TANGKUR, deksametason dan asam mefenamat, aquadesh, metanol, etanol,
sikloheksan, kloroform, ammonia, asam asetat glasial, etil asetat
Alat
Alat yang di gunakkan dalam praktikum ini,
pipa kapiler, pensil, penggaris, gunting, gegep kayu, chember, benang, lempeng
KLT, oven, rotari evaporator, toples, corong, tabung reaksi, pipet tetes,
kertas saring, rak tabung dan batang pengaduk, timbangan analitik, lumpang dan
alu, vial
Metode Kerja
Analisis bahan kimia obat pada
sediaan jamu secara KLT di lakukan di laboratorium fitokimia stikes mandala
waluya kendari. Langka pertama yang dilakukan yaitu asam mefenamat
,deksametason, jamu sabdo tangkur dan cleng marem ditimbang kemudian asam
mefenamat dan deksametason dalam bentuk tablet digerus hingga halus,
selanjutnya dilarutkan masing-masing sampel dengan metanol hingga larut dan
homogen. Langka selanjutnya semua sampel yang telah dilarutkan disaring
menggunakan kertas saring dengan bantuan corong, hasil penyaringan ditampung
kedalam tabung reaksi kemudian dimasukkan hasil penyaringan kedalam vial
selanjutnya dibuat lempeng KLT dengan dengan ukuran 3 X 10 cm , kemudian di
buat garis penotolon bawah dan atas dengan pensil, kemudian diambil sampel
kedalam vial menggunakan pipi kapiler lalu ditotolkan tepat pada gari bawah
plat KLT, kemudian dimasukkan kedalam chamber yang telah berisi eluen kloroform
: metanol dengan perbandingan 70 : 30. Dibiarkan beberapa menit sampai eluen
naik sampai batas atas plat KLT, dibiarkan Plat KLT hingga kering kemudian
diamati dibawah sinar UV 254 dan 366, kemudian dihitung nilai Rfnya
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Dari
hasil identifikasi sediaan jamu di mana di dalam jamu sabdo tangkur mengandung
Feonigracei semen 0,42 g, curcuma rhizoma 0,48 g, languatis rhizoma 0,48 g,
zingiberis aromaticae rhizoma 0,48 g, foeniculi frucrus 0,3 g, parkiae semen
0,3 g, alxyae cortex 0,36 g, glycirrhizae radix 0,42 g, curcumae aeruginosae
rhizoma 0,42 g, piperis nigri frucrus 0,36 g, imperacae rhizoma 0,36 g,
kaempferiae rhizoma 0,42 g, zingiberi rhizoma 0,48 g, zingiberis purpurei
rhizoma 0,48 g, pimpinellae radix 0,24 g, di dalam jamu cleng marem mengandung
piperis nigri fructus sebanyak 2400 mg, zingiberis officinale rhizoma sebanyak
1800 mg, cinnamomun burmanii korteks sebanyak 600 mg, curcuma xanthoriza
sebanyak 600 mg,
Foto
atau gambar kromartogram
uv
366 asmef uv 366
cleng marem uv 366 sabdo pangkur
Uv
254 dexa uv 254 asmef uv 254 cleng marem uv 254 sabdo pangkur
Tabel hasil pengamatan
No |
Sampel |
Eluen |
Nilai Rf |
|||
254 nm ( cm ) |
Warna Noda |
366 nm ( cm ) |
Warna Noda |
|||
1. |
Deksametason |
Kloroform : metanol ( 70 : 30 ) |
Noda 1 ( 0,93 ) |
Noda 1 Hijau |
- |
- |
2. |
Asam mefenamat |
Kloroform : metanol ( 70 : 30 ) |
Noda 1 ( 0,93 ) |
Noda 1 Ungu |
Noda 1 ( 0,91 ) |
Noda 1 Hijau |
3. |
Jamu Sabdo Tangkur |
Kloroform : metanol ( 70 : 30 ) |
Noda 1 ( 0,06 ) Noda 2 ( 0,84 ) Noda 3 ( 0,95 ) |
Noda 1 ( Hijau ) Noda 2 ( Hijau ) Noda 3 ( Hijau kehitaman ) |
Noda 1 ( 1,06 ) |
Noda 1 ( orange ) |
4. |
Jamu Cleng Marem |
Kloroform : metanol ( 70 : 30 ) |
Noda 1 ( 0,71 ) Noda 2 ( 0,97 ) |
Noda 1 ( ungu ) Noda 2 ( ungu ) |
Noda 1 ( 0,88 ) Noda 2 ( 0,97 ) |
Noda 1 ( orange ) Noda 2 ( orange ) |
Dari hasil analisis bahan kimia obat
menggunakkan metode kromatografi lapis tipis pada jamu sabdo tangkur di peroleh
3 noda pada penampakkan UV 254 noda pertama memiliki nilai rf o,o6 cm berwarna
hijau, noda ke 2 memiliki nilai rf 0,84 cm berwarnah hijau dan noda ke 3
memiliki nilai rf 0,95 cm berwarna hijau kehitaman serta pada penampakkan noda
UV 366 di dapatkan 1 noda dengan nilai rf 1,06 berwarnah orange.
Dari hasil analisis bahan kimia obat
menggunakkan metode kromatografi lapis tipis pada jamu klem marem dengan
penampakkan UV 254 di peroleh 2 noda di mana noda pertama memiliki nilai rf
0,71 berwarna ungu dan pada noda ke dua memiliki nilai rf 0,97 berwarna
ungu serta pada penampak noda UV 366 di
peroleh 2 noda di mana noda pertama memiliki nilai rf 0,88cm berwarnah orang
dan noda ke dua memiliki nilai rf 0,97 dengan berwarna orange.
Dari hasil analisis bahan kimia menggunakkan
metode kromatogrfi lapis tipis pada dexamtason
dengan penampak noda UV 254 di dapatkan 1 noda dengan nilai rf 0,93
berwarnah hijau.
Dari hasil analisis bahan kimia
obat menggunakkan metode kromatografi
lapis tipis pada asam mefenamat dengan penampakkan noda UV 254 di peroleh 1
noda dengan nilai rf 0,93 berwarnah ungu serta pada penampak noda UV 366
memiliki nilai rf 0,91 berwarnah hijau.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa dari hasil analisis
bahan kimia obat pada sampel dexametason, asam mefenamat jamu sabdo tangkur dan
jamu clen marem memiliki nilai rf yang berbeda beda di mana rata-rata nilai rf
yang di peroleh dari jamu sabdo tangkur dengan penampak noda UV 254 adalah 0,61
cm dengan rata-rata berwarnah hijau, dan penampak noda UV 366 memiliki nilai rf
1,06 berwarnah orange pada jamu clen marem dengan penampak UV 254 di peroleh
rata-rata nilai rf 0,84 dengan rata-rata berwarna ungu serta pada penampak noda
UV 366 di peroleh nilai rf rata-rata 0,92 rata-rata berwarnah orange. Pada obat
dexametason dengan nilai rf 0,93 berwarnag hijau serta pada obat asam mefenamat
di peroleh rata-rata nilai rf pada penampak noda UV 254 0,93 berwarna ungu
serta pada penampak UV 366 dengan nilai
rf 0,91 berwarnah hijau.
DAFTAR PUSTKA
BPOM.
2013. Hasil Pengawasan Obat Tradisional
Mengandung Bahan Kimia Obat. http://www.pom.go.id/new/index.php
/view/pers/218/Hasil-PengawasanObat-Tradisional-MengandungBahan-Kimia-Obat.html [diakses pada 1 Juni 2017]
Dirjen
POM RI, 2014. Public Warning Tentang Obat
Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Depkes RI : Jakarta.
Departemen
Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
007/Menkes/Per/2012 tentang Registrasi
Obat Tradisional. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. 2012.
Hermanto.
2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping, Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Kumala
Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006. Pemanfaatan
Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. III, No.1. Fak. Farmasi Jember. Surabaya.
Munaf,
S. 1994. Catatan Kuliah Farmakologi.
EGC press, Palembang.
Widyawati,
E., Rusdi, B., Maulana, I. T. 2015. Identifikasi
Kandungan Kortikosteroid (Deksametason, Fenilbutason dan Prednison) dalam
Kandungan Jamu Pegal Linu yang beredar di empat pasar kota bandung.
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba. 525-530.
JURNAL ANALISIS OBAT DAN TANAMAN
ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM SEDIAAN
JAMU SECARA KLT
OLEH :
KELOMPOK
V ( G2 )
OSIN
HAMUDIN
SITTI
HOFIFA
AAS
INDRAYANTI
EVA
ERVIANA
PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
Posting Komentar
Posting Komentar