-->

Analysis Of Medicinal Chemicals In Herbal Preparations Analisis Bahan Kimia Obat Sediaan Jamu

Posting Komentar

 


Analysis Of Medicinal Chemicals In Herbal Preparations

Analisis Bahan Kimia Obat Sediaan Jamu

 

Sepri Dwi Arista, Lucky Triwijayanto, Wawan Sudira, Nurmila

Prodi farmasi Stikets Mandala Waluya Kendari

 

ABSTRACT

 

Traditional medicine according to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 7 of 2012 concerning Registration of Traditional Medicine is prohibited from containing medicinal chemicals (BKO) either in the form of the isolation of natural ingredients or medicinal efficacious compounds. This study was conducted to determine the possibility of the presence of medicinal chemicals in the preparation of herbs. Pegel linu used in this study is branded Tangkur, while herbal medicine enhances appetite with brand name cleng marem which is bought around the market area of Ranomeeto Kendari. With the criteria for rheumatic aches most in demand by the community. Thin layer chromatography was used for qualitative analysis of mefenamic acid and dexamethasone. The purpose of this Practicum is to find out the presence of medicinal chemicals in the herbal preparations and to see the Rf values of each sample and comparison. The method used is Thin Layer Chromatography and Uv Spectrophotometry. Results

 

Keywords: TLC, herbal medicine, mefenamic acid, dexamethasone, UV spectrophotometry

 

                                                            


 

ABSTRAK

Obat tradisional menurut keputusan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional dilarang mengandung bahan kimia obat (BKO) baik berupa hasil isolasi bahan alam atau senyawa sintetik berkhasiat obat.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya kandungan bahan kimia obat dalam sediaan jamu. Jamu pegel linu yang digunakan pada penelitian ini yaitu bermerk tangkur, sedangkan jamu penambah nafsu makan bermerk cleng marem yang dibeli disekitaran pasar Ranomeeto Kendari . Dengan kriteria jamu pegal linu paling diminati masyarakat. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk analisis kualitatif asama mefenamat dan deksametason. Tujuan Praktikum ini adalah untuk mengetahuhi adanya kandungan bahan kimia obat dalam sediaan jamu dan untuk melihat nilai Rf masing-masing sampel maupun pembanding. Metode yang digunakan yaitu Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Uv. Hasil

 

Kata kunci : KLT, jamu, asam mefenamat, deksamethasone, spektrofotometri UV


PENDAHULUAN


            Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika dan hewan atau tumbuhan yang dilindungi (BPOM RI, 2006). Salah satu produk obat tradisional yang banyak diminati oleh masyarakat adalah Jamu pegel linu. Jamu pegel linu digunakan untuk menghilangkan pegel linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh dan menghilangkan sakit seluruh badan (Wahyuni dan Tanti 2004).

Minat masyarakat yang besar terhadap produk jamu pegal linu sering kali disalah gunakan produsen jamu yang nakal untuk menambahkan bahan kimia obat. Pemakaian bahan kimia obat dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan fungsi organ tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan oleh BPOM supaya tidak beredar bahan kimia obat yang ditambahkan dalam jamu pegal linu (BPOM RI 2009).

Badan POM RI (2009) telah memberikan peringatan keras kepada produsen jamu dan memerintahkan untuk menarik produk serta memusnahkannya, membatalkan nomor pendaftaran produk bahkan mengajukannya ke Pengadilan. Namun demikian berdasarkan pemantauan Badan POM RI, diantara produk produk jamu yang mengandung BKO masih ditemukan di toko jamu. Kasus serupa terulang pada akhir tahun 2010 dimana 46 produk jamu ditarik dari peredaran. Jamu-jamu yang ditarik dari peredaran tersebut oleh Badan POM justru merupakan jamu-jamu yang laris di pasaran karena efeknya yang cepat dalam mengobati berbagai penyakit seperti pegal linu, rematik, sesak napas, masuk angin dan suplemen kesehatan.

          Sekarang ini penggunaan jamu dikalangan masyarakat semakin meningkat. Dalampenggunaannya, baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Ini menunjukkan bahwa, jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat Indonesia (Balitbangkes, 2014).

          Dari sinilah muncul para oknum produsen yang tidak bertanggung jawab menjual produk jamu palsu dikalangan masyarakat. Karena faktor kekurangan pengetahuan masyarakat dalam hal mengenai jamu sehingga masyarakat hanya mengkonsumsi tanpa tahu kandungan apa yang terdapat dalam jamu tersebut. Dalam survei BPOM didapatkan jamu dengan kandungan bahan kimia obat yang berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus (BPOM, 2011).

Dalam hal ini, akan dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi bahan kimia obat (BKO) dalam penambah nafsu makan dengan merk Clen marem dan jamu pegal linu yang bermerk Tangkur . Adapun bat yang digunakan sebagai pembanding yaitu deksametason untuk penambah nafsu makan dan asam mefenamat untuk pegal linu . Pengujian ini dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)  dan metode spektrofotometri UV untuk melihat nilai Rf masing-masing sampel maupun pembanding.

Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) yang merupakan turunan dari asam Nphenylanthranilic. Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu (Gilman, et al.,2007).

Deksametason merupakan kortikosteroid dari golongan glukokortikoid yang mempunyai efek anti-inflamasi yang adekuat. Pemberian deksametason akan menekan pembentukan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptida dari ujung-ujung saraf, hal tersebut dapat menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan yang mengalami proses inflamasi. Penekanan produksi prostaglandin oleh deksametason akan menghasilkan efek analgesia melalui penghambatan sintesis enzim cyclooksigenase di jaringan perifer tubuh. Deksametason juga menekan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin 1-β (IL-1

β), dan interleukin-6 (IL-6).

KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organik terutama dalam bidang biokimia, farmasi klinis, forensik, baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kuantitatif. Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta melakukan screening sampel untuk obat (Gandjar dan Abdul, 2007).

 

METODE

 

 

 


Bahan

Sediaan jamu pegal linu dan diabetes, asam mefenamat, deksametason, aquadest, methanol, etanol.

Alat

Timbangan analitik, lempeng KLT, pipa kapiler, pensil, penggaris, pinset, chamber, tabung reaksi, kertas saring

Jalannya Penelitian

Pemeriksaan identifikasi sediaan jamu secara KLT dilakukan dilaboratorium analisis tanaman obat farmasi STIKES Mandala Waluya Kendari

Metode Kerja

            Analisis bahan kimia obat pada sediaan jamu secara KLT di lakukan di laboratorium fitokimia stikes mandala waluya kendari. Langka pertama yang dilakukan yaitu asam mefenamat ,deksametason, jamu sabdo tangkur dan cleng marem ditimbang kemudian asam mefenamat dan deksametason dalam bentuk tablet digerus hingga halus, selanjutnya dilarutkan masing-masing sampel dengan metanol hingga larut dan homogen. Langka selanjutnya semua sampel yang telah dilarutkan disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan corong, hasil penyaringan ditampung kedalam tabung reaksi kemudian dimasukkan hasil penyaringan kedalam vial selanjutnya dibuat lempeng KLT dengan dengan ukuran 3 X 10 cm , kemudian di buat garis penotolon bawah dan atas dengan pensil, kemudian diambil sampel kedalam vial menggunakan pipi kapiler lalu ditotolkan tepat pada gari bawah plat KLT, kemudian dimasukkan kedalam chamber yang telah berisi eluen kloroform : metanol dengan perbandingan 70 : 30. Dibiarkan beberapa menit sampai eluen naik sampai batas atas plat KLT, dibiarkan Plat KLT hingga kering kemudian diamati dibawah sinar UV 254 dan 366, kemudian dihitung nilai Rfnya


Hasil dan Pembahasan


Dari hasil identifikasi sampel deksametason secara KLT menggunakan eluen kloroform : metanol (70 : 30), diperoleh satu penampaka noda pada Uv 254 yakni jarak bercak 4,4 cm dan jarak elusi 4,5 cm dengan nilai Rf 0,97 nm dan warna noda bercak biru (semua jarak elusinya sama yakni 4,5 cm ).

Pada sampel asam mefenamat secara KLT menggunakan eluen kloroform : metanol (70 : 30), diperoleh satu penampaka noda, penampakan noda yang diperoleh yaitu pada Uv254 diperoleh jarak 4,2 cm dan niai Rf 0,93 nm serta berwarna Bercak biru bercahaya terang. Pada Uv 366 jarak yang diperoleh 4,1 cm dan nilai Rf 0,91 nm dengan warna Bercak kuning bercahaya.

Pada sampel jamu cleng marem secara KLT menggunakan eluen kloroform : metanol (70 : 30) diperoleh 3 noda, pada UV 254 noda 1 diperoleh jarak 0,3 cm dengan warna noda bercak biru dan nilai Rf 0,06 nm, pada noda 2 diperoleh jarak 3,8 cm dengan warna biru dan nilai Rf 0,84 nm, pada noda 3 diperoleh jarak 4,3 cm dengan warna noda biru dan nilai Rf 0,95 nm. Pada Uv 366 diperoleh satu noda dengan jarak 4,5 cm dengan nilai Rf 1,06 nm berwarna kuning bercahaya.

Dari hasil identifikasi sediaan jamu sabdo pangkur secara KLT menggunakan eluen kloroform : metanol (70 : 30) diperoleh 2 noda, pada noda 1 uv 254 berjarak 3,3 cm  dengan warna noda biru dan nilai Rf 0,71 nm, pada Uv 366 berjarak 4 cm dengan warna noda kuning bercahaya dan nilai Rf 0,88 nm. Pada noda 2 Uv 254 berjarak 4,4 cm dengan warna noda biru dan nilai Rf 0,97 cm, pada Uv 366 berjarak 4,4 cm dengan warna noda kuning bercahaya dan nilai Rf 0,977 cm.


Tabel hasil identifikasi secara KLT

No.

Sampel

Jenis eluen

Jarak bercak (cm)

Jarak elusi (cm)

Nilai Rf

254 nm

Warna noda

366 nm

Warna noda

254 nm

366 nm

1.

deksametason

Kloroform : methanol (70 : 30)

4,4 cm

-

4,5 cm

0,97 nm

Bercak biru

-

-

 

2.

Asam mefenamat

Kloroform : methanol (70 : 30)

4,2 cm

4,1 cm

4,5 cm

0,93 cm

Bercak biru bercahaya terang

0,91 cm

Bercak kuning bercahaya

 

3.

Cleng marem

Kloroform : methanol (70 : 30)

1.  0,3 cm

2.  3,8 cm

3.  4,3 cm

1.   4,8 cm

4,5 cm

1.   0.06 nm

2.   0,84 nm

3.   0,95 nm

Bercak biru

1.    1,06 nm

Bercak kuning bercahaya

 

4.                     

Sabdo pangkur

Kloroform : methanol (70 : 30)

1.  3,3 cm

2.  4,4 cm

1.  4 cm

2.  4,4 cm

4,5 cm

1.  0,71 nm

2.  0,97 nm

Bercak biru

1.  0,88 nm

2.  0,977 nm

Bercak kuning bercahaya

 

 


Pada literatur menyatakan bahwa nilai Rf dinyatakan hinga angka 1,0, nilai Rf yang baik yang menunjukan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar 0,2 – 0,8. Pada hasil pengamatan KLT tidak ada sampel dengan nilai Rf yang sesuai dengan literatur sehingga dapat dikatakan bahwa noda tersebur tidak bagus atau dapat dimungkinkan adanya factor kesalahan pada saat praktikum dan factor lainya yang tidak diketahui.

Jamu cleng marem berkhasiat dan berguna secara tradisional digunakan untuk membantu meredakan pegal linu. Jamu sabdo pangkur berguna dan berkhasiat untuk membantu memelihara staminan dan kesehatan pria , dan menambah nafsu makan (Abdulloh, 2008).

Gambar penampakan noda Uv 254 pada tiap sampel

                                     

Uv 254 dexa                uv 254 asmef               uv 254 cleng marem   uv 254 sabdo                       

pangkur

Gambar penampakan noda Uv 366 pada tiap sampel

                                                     

uv 366 asmef                           uv 366 cleng marem           uv 366 sabdo  pangkur                           

Kesimpulan


Pada literatur menyatakan bahwa nilai Rf dinyatakan hinga angka 1,0, nilai Rf yang baik yang menunjukan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar 0,2 – 0,8. Pada hasil pengamatan KLT tidak ada sampel dengan nilai Rf yang sesuai dengan literatur sehingga dapat dikatakan bahwa noda tersebur tidak bagus atau dapat dimungkinkan adanya factor kesalahan pada saat praktikum dan factor lainya yang tidak diketahui.


DAFTAR PUSTAKA

Balitbangkes. 2014. Riset sanitasi jamu. Depkes. Jakarta. Diakses tanggal 30 desember 2017, jam 15.05.

BPOM RI. 2011. Bahaya Obat Bahan Alam dan Jamu Mengandung BKO. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010, Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, HM.03.03.1.43.08.10.8013..

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006, Tentang Obat

      Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, KH.00.01.1.5116.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2009, Tentang Obat

   Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, KH.00.01.1.43.2397.

Gandjar, I. G. & Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, 323-346, Pustaka

     Pelajar, Yogyakarta

Gilman, A.G., 2007, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi, diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi X, 877, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Wahyuni, S. A. & Sujono, T. A, 2004, Studi Aktivitas Daya Analgetik Jamu Pegel

Linu, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 5, No. 1, 2004: 21 – 32.


 


Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter