PRINSIP SKRINING FITOKIMIA
kandungan senyawa aktif dari daun alu-alu,batang alu-alu dan batang bambu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan
mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Hampir lima dekade terakhir ini timbul ketertarikan yang kuat dalam meneliti
tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan pada beberapa alasan (Harborne.1987).
Pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang
didasari keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat
mengurangi efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan
sintetis. Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan
sekarang berasal dari tumbuhan (Harborne.1987).
Diperkirakan
sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan tropika, sekitar
1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat. Pada saat ini, baru sekitar 180 spesies
yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat dan jamu, tetapi
baru beberapa spesies yang telah dibudidayakan secara intensif(Harborne.1987).
Diperkirakan
masih banyak tumbuhan berkhasiat obat yang belum diketahui kandungan senyawa aktifnya,
sehingga diperlukan penelitian khusus. Agar pengobatan secara tradisional dapat
dipertanggungjawabkan maka diperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian di
bidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang
terdapat dalam tumbuhan(Harborne.1987).
Tumbuhan
dapat digunakan sebagai obatobatankarena tumbuhan tersebut menghasilkan suatu
senyawa yang memperlihatkan aktifitas biologis tertentu. Senyawa aktif biologis
itu merupakan senyawa metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, flavonoid,
terpenoid dan steroid.
B. Rumusan
masalah praktikum
1.
Bagaimana
prinsip dari skrining secara fitokimia?
2.
Bagaimana
prosedur kerja dan kandungan senyawa aktif dari daun alu-alu,batang alu-alu dan
batang bambu?
C. Maksud
dan tujuan praktikum
1. Untuk memahami prinsip skrining fitokimia.
2. Untuk mengetahui prosedur kerja dan kandungan
senyawa aktif dari daun alu-alu, batang alu-alu, dan bambu.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DasarTeori
Salah satu pendekatan untuk penelitian
tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia atau biasa disebut dengan skrining
fitokimia yang terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi
adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, saponin,kumarin,quinon,steroid/terpenoid(Teyler.V.E,1988).
Skrining fitokimia adalah metode
analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh–tumbuhan
karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu.
Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan
pereaksi tertentu. Beberapa jenis senyawa yang dapat dideteksi.
Alkaloid merupakan golongan zat
tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam
gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna,
seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya
sedikit yang berupacairan(Teyler.V.E,1988).
Alkaloid dapat dideteksi dengan
beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan
merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan berwarna
putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam
asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah
penyemprotan dengan pereaksi
Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo,1996).
Polifenol adalah kelompok zat kimia
yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak
gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetmant,dkk,1985).
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut
batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang
tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang
tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat
di dalam paku – pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam
angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang
terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua(Harbrone,J.B,1987).
Triterpenoid senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan
dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid dapat dipilah
menjadi sekurang– kurangnya empat golongan senyawa : triterpena sebenarnya,
steroid, saponin,dan glikosida jantung. Sterol
adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana
perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa
(sebagai hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun
terakhir ini banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan
(Harbrone.J.B., 1987).
Flavonoid merupakan senyawa polar
sehingga flavonoid dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,
aseton, dimetil sulfoksida (DMSO), dimetil fonfamida (DMF), dan air. Flavonoid
merupakan senyawa kimia yang bekerja sebagai antioksidan, memiliki hubungan
sinergis dengan vitamin C (meningkatkan
efektivitas vitamin C), antiinflamasi,menghambat pertumbuhan tumor, dan
mencegah keropos tulang (Harbone, 1987).
Saponin adalah
suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin terdapat pada banyak
tanaman. Kata saponin berasal dari bahasa Latin “sapo” yaitu suatu bahan yang
akan membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi
sebagai ekspektoran, kemudian emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah merah
terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolestrol plasma, dan
dapat menjaga keseimbangan flora usus, serta sebagai antibakteri (Harbone,
1987).
Klasifikasi tanaman bambu
Kingdom : plantae
Devisi : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Family : poaceae
Genus : Bambusa Schreb
Specie : Bambusa
vulgaris schred
Habitat : tanaman bambu dapat dijumpai
tumbuh diseluruh kawasan pantropikal, pada ketinggian diatas permukaan laut
hingga 1200 m dpl, tanaman bambu ini tumbuh baik didaerah dataran rendah dengan
kondisi kelembapan udara dan tipe tanah yang luas.
Khasiat : Tunas tanaman bambu ( rebung )dapat
dimakan dan digunakan sebagai obat liver atau hepatitis, daun pada tanaman bambu
dapat digunakan sebagai ramuan untuk mengobati demam panas pada anak-anak.Kandungan kimia : Batang bambu
mengandung tannin dan lignin (Harborne,J.B. 1987. )
B. Uraian Bahan
1.
Aquadest ( FI Edisi III : 96 )
Nama resmi : AQUA
DESTILLATA
Nama lain : Air suling
BM / RM : 18,02
/ H2O
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam Borat ( FI Edisi III : 49 )
Nama
resmi : ACIDUM BORICUM
Nam
lain : asam borat
RM/BM/BJ : H3BO3/61,83/1,435
Pemerian : hablur, serbuk hablur putih
atau sisik
mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak
berbau; rasa agak Asam dan pahit kemudian
manis.
Kelarutan :
larut dalam 20 bagian air, dalam 3
bagian air
mendidih, dalam 16 bagian etanol
(95%) p
dan dalam 5 bagian gliserol p.
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik
Kegunaan : antiseptikum ekstern
3. FeCl3 ( FI Edisi
III : 659 )
Nama
Resmi : FERRI CHLORIDA
Nama Lain : Besi (III) Klorida
RM/BM :
FeCl3 / 162,5
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,
bebas warna jingga dari garam hidrat yang
telah berpengaruh
oleh kelemba
Kelarutan :
Larut dalam air, lautan berpotensi berwarna
jingga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
4.
Pereaksi
Dragendrof
a. Asam
nitrat ( FI Edisi III : 650)
Nama resmi :
Acidum Nitras
Nama lain : Asam nitrat
RM/BM :
HNO3/63,01
Pemerian : cairan jernih berasap, hampir tidak
berwarna sampai warna kuning.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai
pereaksi
b. Bismuth nitrat ( FI Edisi III : 118 )
Nama resmi : Bismuth subnitras
Nama lain : Bismuth subnitrat
RM/BM : BiNO3/
Pemerian : Serbukhablurrenik: putih,tidakberbau,tidak
berasa,
berat.
Kadar : Mengandungtidakkurangdari
71,0 % dantidak
lebih dari 75,0
% Bismuth.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut
organic .Larut sempurna dalam asam klorida p
dan dalam asam nitrat p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari
cahaya.
Khasiat :
adstringen saluran pencernaan.
c.
Aquadest ( FI Edisi III : 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain :
Air suling
BM / RM : 18,02 / H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak
berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
d.
Kalium Iodida (Fi edisi
III hal 330 )
Nama Resmi : KALIUM IODIDUM
Nama Lain : Kalium iodida
Bm / Rm : 166.00 / KI
Pemerian : Hablur heleahedial transparan atau
tidak berwarna
opak dan putih atau
serbuk butiran
puti hidroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
lebih
mudah larut dalam air mendidi,
larut dalam etanol 95
% P Mudah
larut dalam gliserol P
Penyimpanan : Dalam wada
tertutup rapat
Khasiat : Zat
tambahan
5.
Pereaksi
Lieberman Buchard
a. Alkohol (Ditjen POM edisi III 1979 : 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol
RM/BM : C2H6O / 46,0
Pemerian :
cairantakberwarna, jernih, mudahmenguap,
dan mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.
Kelaruta : Hampir larut
dalam larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
rapat
Kegunaan : sebagaipengurang
rasa sakit
b. Acidum
acetic anhidrate (DITJEN POM edisi III, 1979)
Nama Resmi : Acidum acetic
anhidrate
Nama lain : Asam asetat Anhidrat
Rumusmolekul : (CH3CO)2O
Berat Molekul : 102,09
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna,
berbau tajam,
mengandung kurang
dari 95,0% C4H6O3
Kelarutan : Dapat bercampur dengan
air, etanol 95%p
Pennyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
c.
Asamsulfat (FI edisi III, hal 58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asamsulfat
Rumusmolekul : H2SO4
Beratmolekul : 98,07
Pemerian :
cairan kental seperti minyak, korosit,
Tidak berwarna,
jika ditambahkan kedalam
air
menimbulkanpanas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Zat tambahan
6.
Pereaksi
Mayer
a. HgCl2
0,2 M (Dirjen POM, 1979)
Nama
Resmi : HYDRARGRYI BICHLORIDUM
Nama
Lain : Raksa (II) Klorida
RM /
BM : HgCl2 / 271,52
Pemerian :Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
tidak berbau,
berat
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian
air, dalam 2,1 bagian Air
mendidih, dalam 3
bagian etanol (95%) P, dalam
2 bagian etanol
(95%) P, mendidih, dalam 20
bagian
eter P dan dalam 15 bagian gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
b.
Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA
DESTILLATA
Nama lain : Air suling
BM / RM : 18,02 / H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarnana
Tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
c.
Kalium Iodida (Fi edisi
III hal 330 )
Nama Resmi : KALIUM IODIDUM
Nama Lain : Kalium iodida
BM / RM : 166.00 / KI
Pemerian : Hablur heleahedial transparan atau
tidak berwarna
opak dan putih atau
serbuk butiran
puti hidroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
lebih
mudah larut dalam air mendidi,
larut dalam etanol 95
% P Mudah
larut dalam gliserol P
Penyimpanan : Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
BAB
III
METODE
KERJA
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Penangas air
B. Bahan
1. HCL
2. Pereaksi Dragendroft
3. Pereaksi Mayer
4.
Kloroform
5.
Asam
asetat anhidrat
6.
Asam
sulfat pekat
7.
Aseton
8.
Air
panas
9.
FeCl3
10. Asam borat
11. Asam oksalat
12. Eter
C.
Metode Kerja
1. Pemeriksaan
alkaloid
Larutan ekstrak diuji sebanyak 2 ml diuapakan
di atas cawan porselin hingga di dapat residu.Residu kemudian dilarutkan dengan
5 ml HCl 2 N. Larutan yang didapat kemudian dibagi kedalam 3 tabung reaksi tabung
reaksi pertama ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi sebagai blanko. Tabung
kedua ditambahkan pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan
pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada tabung kedua dan
endapan putih hingga kekuningan pada tabung ketiga menunnjukkan adanya
alkaloid.
2. Pemeriksaan
sterol dan triterpenoid
Dilarutkan
ekstrak dalam 0,5 ml kloroform, lalu ditambah
dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat. Selanjutnya, campuran ini ditetesi dengan 2
ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung terssebut. Bila terbentuk warna hijau
kebiruan menunjukkan adanya sterol. Jika hasil yang diperoleh berupa cincin kecokelatan
atau violet pada perbatasan dua pelarut, menunjukkan adanya triterpenoid.
3. Pemeriksaan
saponin
Dimasukkan
ekstrak kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian
dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang
dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Pada penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang.
4. Pemeriksaan
polifenol dan tanin
Larutan
ekstrak uji sebanyak 1 mL direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 10 %,
jika terjadi warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan adanya
senyawa polifenol dan tanin.
5. Pemeriksaan
flavonoid
Larutan
ekstrak uji sebanyak 1 ml diuapakan hingga kering, sisanya dibasahkan dengan aseton
P, ditambahkan sedikit demi sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam
oksalat p, dipanasakan hati-hati diatas tangas air dan dihindari pemanasan berlebihan.
Sisa yang diperoleh dicampur dengan 10 mL eter P. Diamati dengan sinar UV 366
nm, larutan berfluorosensi kuning intensif, menunjukkan adanya flaovonoid.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
NO |
Kelompok |
Alkaloid |
Triterpenoid |
Saponin |
Polifenol
dan Tanin |
Flavonoid |
Sterol |
1. |
Ekstrak
etanol daun alu-alu |
_ |
_ |
+ |
+ |
_ |
_ |
2. |
Ekstrak
batang bambu |
_ |
_ |
+ |
+ |
_ |
_ |
3. |
Ekstrak
etanol batang alu-alu |
_ |
_ |
+ |
+ |
+ |
_ |
4. |
Ekstrak
n-heksn daun alu-alu |
+ |
_ |
_ |
+ |
+ |
+ |
5. |
Ekstrak
methanol daun alu-alu |
+ |
+ |
_ |
+ |
+ |
+ |
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini membahas tentang skrining fitokimia tanaman. Tanaman yang digunakan adalah senggani serta ketepeng
cina. Dimana telah melalui proses ekstraksi terlebi dahulu yaitu untuk tanam daun
alu-alu, batang alu-alu, dan bambu dengan sampel daun (diekstraksi secara
maserasi), dan sampel batang kayu alu-alu (diekstraksi secara soxhlet). Untuk
batang bamboo didapatkan dari hasil ekstraksi secara refluks.Selain itu
digunakan juga sampel dari hasil ekstraksi partisi secara padat cair dan
cair-cair. Tujuan melakukan skrining fitokimia pada tanaman senggani dan
ketepeng cina yaitu untuk mengetahui apakah
mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid, alkaloid,
tanin dan polifenolik.
Langkah pertama adalah
dilakukannya uji alkaloid dengan menggunakan sampel ekstrak etanol batang bambu
yaitu batang kayu alu-alu. Hal pertama yang dilakukan yaitu larutan ekstrak
diuji sebanyak 2 ml diuapakan di atas cawan porselin hingga di dapat residu.
Residu kemudian dilarutkan dengan 5 ml HCl 2 N. Dengan tujuan untuk menarik
alkaloid dari dalam simplisia .Larutan yang didapat kemudian dibagi kedalam 3
tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi
sebagai blanko serta garam alkaloid karena alkaloid yang bersifat basa dapat
larut dalam pelarut yang bersifat asam. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Dragendroff
sebanyak 3 tetes. Pereaksi Dragendroff ini positif bila membentuk endapan
alkaloid berwarna jingga. Dragendroff dapat mengendapkan alkaloid karena dalam
senyawa alkaloid terdapat gugus nitrogen yang memiliki satu pasang electron
bebas menyebabkan senyawa alkaloid bersifat nukleofilik (basa). Kemudian tabung
ketiga ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Penambahan pereaksi Mayer
bertujuan untuk mendeteksi alkaloid dimana pereaksi ini berikatan dengan
alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom H alkaloid dengan Hg
pereaksi Mayer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar
mengendap berwarna putih ini menunjukan adanya alkaloid. Terbentuknya endapan
jingga pada tabung kedua dan endapan putih hingga kekuningan pada tabung ketiga
menunjukkan adanya alkaloid.
Berdasarkan
hasil percobaan yang diperoleh masing-masing kelompok yaitu , untuk ekstraksi
hasil maserasi (daun alu-alu) dan soxhlet (batang kayu alu-alu) positif mengandung
alkaloid. Hal ini tidak sesuai dengan literature. Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya tentang ekstraksi
dan fraksinas daun tumbuhan senduduk, membuktikan bahwa dalam daun senduduk
terkandung senyawa kimia flavonoida, saponin dan tanin. Sedangkan untuk hasil ekstraksi secara
refluks (batang bambu) dan partisi padat cair negatif mengandung alkaloid. Hal
ini sudah sesuai dengan literature. Kandungan senyawa kimia dalam ketepeng cina
adalah Rein aloe-emodina, rein
aloe-emodina-diantron,rein,aloeemodina,asamkrisofanat,dan tanin(Steenis, 1981).
Kemudian
pada uji pemeriksaan sterol dan triterpen yaitu dilalukan dengan melarutkan
ekstrak dalam 2 ml kloroform, lalu
ditambah dengan 2 mL asam asetat anhidrat. Dimana kloroform berfungsi untuk
bahan yang melarutkan lemak yang bersifat non polar dan melarutkan steroid.
Fungsi penambahan asam asetat anhidrat yaitu untuk membentuk adanya turunan
asetil yang terdapat pada steroid. Selanjutnya, campuran ini ditetesi dengan 2
ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung tersebut. Penambahan asam sulfat
pekat berfungsi untuk mengekstraksi sehingga terbentuk warna merah kecoklatan
antara air maupun etanol dengan kloroform. Bila terbentuk warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya sterol. Jika hasil yang diperoleh berupa cincin kecokelatan
atau violet pada perbatasan dua pelarut, menunjukkan adanya triterpenoid.
Berdasarkan
percobaan diperoleh hasil yaitu untuk uji sterol dari percobaan semua ekstrak
diperoleh hasil yang negative, sedangkan untuk uji triterpen hanya sampel hasil
ekstraksi secara soxhlet yang menunjukan hasil positif sedangkan untuk sampel hasil
ekstrak etanol daun alu-alu, refluks dan partisi padat cair tidak menunjukan perubahan warna yang positif.
Hal ini sudah sesuai dengan literature.
Kemudian
pada uji pemeriksaan saponin, dilakukan dengan memasukkan ekstrak kedalam
tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 detik. Tujuan ditambahkannya air panas memperbesar
kelarutan saponin didalam air. Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang
dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Pada penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang.
Dari hasil
percobaan ini, menunjukan hasil yang negatif untuk sampel hasil ekstraksi secara refluks.
Hal ini sesuai dengan literature. Sedangkan untuk sampel hasil ekstraksi baik
secara soxhlet, maserasi dan partisi padat cair menunjukan hasil yang positif.
Hal ini tidak sesuai dengan literature.
Kemudian
pada uji pemeriksaan polifenol dan tanin, dilakukan dengan larutkan ekstrak uji
sebanyak 1 ml direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 10 %, jika terjadi
warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan adanya senyawa
polifenol dan tanin. Larutan besi (III) klorida (FeCl3) berfungsi
untuk membentuk kompleks dan untuk mengidentifikasi senyawa fenol termasuk
tanin serta menentukan gugus fenol dalam sampel.
Berdasarkan
hasil percobaan diperoleh hasil negatif dari
sampel hasil ekstraksi padat cair, sedangkan untuk sampel hasil ekstraksi
secara soxhlet, refluks dan maserasi menunjukan perubahan warna yang positif.
Hal ini sudah sesuai dengan literature.
Terahir
yaitu uji pemeriksaan flavanoid yang dilakukan dengan larutan ekstrak uji
sebanyak 1 ml diuapakan hingga kering, sisanya dibasahkan dengan aseton P,
ditambahkan sedikit demi sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus
asam oksalat p, dipanasakan hati-hati diatas tangas air dan dihindari pemanasan
berlebihan. Sisa yang diperoleh dicampur dengan 10 mL eter P. Diamati dengan
sinar UV 366 nm, larutan berfluorosensi kuning intensif, menunjukkan adanya
flovonoid.
Berdasarkan
hasil praktikum, diperoleh hasil yang menunjukan perubahan warna yang positif
pada hasil ekstraksi secara refluks. Hal ini tidak sesuai dengan literature. Sedangkan
pada ekstraksi hasil soxhlet, maserasi dan partisi padat cair menunjukan hasil
yang negative. Hal ini tidak sesuai dengan literature.
Reaksi-reaksi uji :
1. Uji
alkaloid
a. Pereaksi
Mayer
b. Pereaksi
dragendrof
2. Uji polifenol dan tanin
3. Uji
saponin
4. UJii
triterpenoid
BAB VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada
ekstrak etanol daun alu-alu didapatkan hasil yang positif pada saponin,
polifenol dan tanin.
2. Pada
ekstrakbatang bambu didapatkan hasil uji yang positi yaitu saponin, polifenol
dan tannin.
3. Pada ekstraks
batang alu-alu didapatkan hasil yang positif yaitu pada uji flavanoid,
polifenol dan tanin
4. Pada ekstrak
n-heksan daun alu-alu didapatkan hasil yang positif pada uji alkaloid, sterol,
flavanoid, polifenol dan tannin.
5. Pada
ekstrak methanol daun alu-alu didapatkan hasil yang positif pada uji alkaloid,
sterol, saponin, flavanoid, polifenol dan tannin.
B.
Saran
Berdasarkan percobaan yang di lakukan
sebaiknya ketika melakukan pemcampuran di lakukan dengan hati-hati agar di
peroleh hasil yang sesuai dengan literatur.
DAFTAR
PUSTAKA
Edeoga, H.O., D.E. Okwu & B.O. Mbaebie. 2005.
Phytochemical Constituents of Some Nigerian Medicinal Plants. African Journal
of Biotechnology.
Harborne,J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara
Modern
Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata & I.
Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid
3, Departemen Kehutanan, Jakarta.
Kardono, L.B.S., Angehofer C.K., Tsauri S., Padmawinata K.,
Pezzuto J.M. & Kinghorn D.1991. Cytotoxic and antimalarial
constituents of the roots of Eurycoma longifolia. Journ. Nat. Prod.
Steenis Van, C.G.G.J. 1978. Flora.
P.T. Pradnya. Paramita Jakarta.
Posting Komentar
Posting Komentar