LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II
EKSTRAKSI : SOXHLET
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah
pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah
dibakar atau digiling.
Ekstraksi merupakan suatu cara
pemisahan satu atau beberapa bahan baik dari satu padatan ataupun cairan dengan
bantuan pelarut. Biasanya digunakan pelarut dari pelarut-pelarut organik. Pemisahan ini
terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam
campuran. Salah satu metode ekstraksi adalah ekstraksi sokletasi. Ekstrasi
sokletasi ialah metode ekstrasi dengan menggunakan alat soklet lengkap. Agar
dapat mengetahui bagaimana cara memisahkan suatu bahan ekstrasi yang berupa
padatan dengan bantuan pelarut dengan menggunakan metode ekstrasi sokletasi
oleh karena itu dilakukanlah percobaan ini.
Ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan secara berurutan pelarut-pelarut organik dengan kepolaran yang
semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau
kloroform untuk memisahkan senyawa-senyawa trepenoid dan lipid-lipid, kemudian
dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan
pemisahan yang sempurna dari senyawa-senyawa yang diekstraksi.
Catatan William B. Jensen bahwa
contoh awal extractor kontinu adalah bukti arkeologi untuk Mesopotamia air
panas ekstraktor untuk bahan organik berasal dari sekitar 3500 SM. Sebelum
Soxhlet, kimiawan Perancis Anselme Payen juga memelopori dengan ekstraksi terus
menerus dalam tahun 1830-an.
Sebuah ekstraktor Soxhlet adalah
bagian dari peralatan laboratorium. Ditemukan pada tahun 1879 oleh Franz von
Soxhlet. Ini awalnya dirancang untuk ekstraksi lipid dari bahan padat. Namun, ekstraktor
Soxhlet tidak terbatas pada ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi Soxhlet hanya
diperlukan apabila senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan terbatas dalam
pelarut, dan pengotor tidak larut dalam pelarut. Jika senyawa yang diinginkan
memiliki kelarutan yang signifikan dalam pelarut maka filtrasi sederhana dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa dari substansi pelarut.
B. Rumusan Masalah
Praktikum
1. Apa prinsip ekstraksi secara soxhlet
?
2. Bagaimana prosedur kerja ekstraksi
secara soxhlet ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan
ekstraksi secara soxhlet ?
C. Maksud dan Tujuan
Praktikum
1. Untuk memahami prinsip ekstraksi
secara soxhlet.
2. Untuk mengetahui prosedur kerja
ekstraksi secara soxhlet.
3. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan
ekstraksi soxhlet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Soxhlet merupakan alat yang terdiri
dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadahpenyuling) bypass
sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm
outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling
water out. Soxhlet biasa digunakan dalam pengekstrasian lemak pada suatu bahan
makanan. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkanmelalui sifon
tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang
digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus
mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas ( Harper, 1979 ).
Soxhlet merupakan Ekstraksi
padat-cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan
pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu dengan
cara ditumbuk atau juga diiris-iris. Kemudian padatan yang telah halus
dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang terbungkkus kertas saring
dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan kedalam
labu alas bulat. Kemudian alat ektraksi soxhlet dirangkaidengan kondensor .
Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic sampai semua analit terekstrak
(Anonim, 2013).
Sebuah ekstraktor Soxhlet adalah
bagian dari peralatan laboratorium. Ditemukan pada tahun 1879 oleh Franz von
Soxhlet. Ini awalnya dirancang untuk ekstraksi lipid dari bahan padat. Namun,
ekstraktor Soxhlet tidak terbatas pada ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi
Soxhlet hanya diperlukan apabila senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan
terbatas dalam pelarut, dan pengotor tidak larut dalam pelarut. Jika senyawa
yang diinginkan memiliki kelarutan yang signifikan dalam pelarut maka filtrasi
sederhana dapat digunakan untuk memisahkan senyawa dari substansi pelarut.
Biasanya bahan padat yang mengandung beberapa senyawa yang diinginkan
ditempatkan dalam sebuah sarung tangan yang terbuat dari kertas filter tebal,
yang dimuat ke dalam ruang utama dari ekstraktor Soxhlet. Ekstraktor Soxhlet
ditempatkan ke botol berisi ekstraksi pelarut. Soxhlet tersebut kemudian
dilengkapi dengan sebuah kondensor (Anonim, 2013).
Sokletasi adalah suatu metode /
proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi. Prinsip
soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
pendingin balik. Penetapan kadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan
dengan cara mengeluarkan lemak dari bahandengan pelarut anhydrous. Pelarut
anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Haltersebut bertujuan supaya
bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai
lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang
biasa digunakan adalah pelarut hexana(Darmasih 1997).
Metode soxhlet
sampel
yang sudah dihaluskan, ditimbang dan kemudian dibungkus dengan kertas saring
atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas sample
ditutup dengan kapas. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak
tercampurnya bahan dengan pelarut lemak secara langsung. Pelarut dan bahan
tidak dibiarkan tercampur secara langsung agar bahan-bahan lain seperti
fosfolipid, sterol,asam lemak bebas,pigmen karotenoid, klorofil dan lain-lain
tidak ikut terekstrak sebagai lemak. Hal ini dilakukan agar hasil akhir dari
penentuan kadar lemak ini lebih akurat. Selanjutnya labu kosong diisi butir
batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan
dan didinginkan, labu diisi dengan pelarut anhydrous (Lucas 1949).
Thimble yang sudah terisi sampel
dimasukan ke dalam soxhlet. Alat ekstraksi soxhlet disambungkan dengan labu
lemak yang telah diisi pelarut lemak dan ditempatkan pada alat pemanas listrik
serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk
pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan. Penentuan kadar
lemak pada bahan tersebut dilakukan selama beberapa jam tergantung dari jumlah
emak yang terkandung dalam bahan. Semakin banyak kadungan lemak yang terdapat
pada bahan, semakin lama proses ekstraksi lemak dilakukan (Darmasih 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya
naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan
melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke
fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble,
larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi,
sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga
pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan
selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan
melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih 1997).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat
Alat-alat yang
digunakan saat praktikum yaitu terdiri dari :
1. Batu didih
2. Corong
3. Gelas ukur
4. Mangkuk
5. Rotarievaporator
6. Seperangkat alat soxhlet
7. Timbangan analitik
B.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan saat
praktikum yaitu meliputi :
1. Etanol 96% 100 mL
2. Kertas saring
3. Sampel batang bambu 22,35 gram
C.
Metode Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Disiapkan alat soxhlet yang akan
digunakan, dirangkai dalam keadaaan bersih.
3. Ditimbang sebanyak 22,35 gram sampel
yang telah diperkecil ukurannya, dimasukkan ke dalam tabung berpori ( dibuat
dari kertas saring dengan ukuran yang sesuai ), ditempatkan pada bagian dalam
soxhlet.
4. Disambungkan bagian bawah soxhlet
dengan labu destilasi yang berisi cairan pelarut dan batu didih, sedangkan
dibagian atas alat soxhlet disambungkan dengan kondensor. Perbandingan antara
simplisia dan pelarut yang digunakan yaitu 1:3.
5. Dibuka aliran air yang masuk ke
kondensor, lalu nyalakan pemanas.
6. Dilakukan proses ekstraksi hingga
tetesan ekstrak tidak berwarna lagi, kemudian didinginkan. Disimpan dalam wadah
penampungan.
7. Diuapkan filtrat sehingga didapatkan
ekstrak kental.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Pada praktikum mengenai ekstraksi
dengan metode soxhlet didapatkan hasil pengamatan yaitu sebagai berikut :
No |
Perlakuan |
Pengamatan |
Gambar |
1 |
Penimbangan Sampel batang bambu. |
22,35 gram |
|
2 |
Pengukuran etanol 96% |
400 mL |
|
3 |
Proses Ekstraksi |
Selama 1 jam sampai 5 siklus |
|
4 |
Hasil ekstrak |
0,5 gram |
|
Perhitungan
Diketahui :
Berat mangkuk : 265,63 gram
Berat mangkuk+sampel : 266,13 gram
Berat sampel : 22,35 gram
Ditanya :
% Rendamen ?
Penyelesaian :
Berat Ekstrak = ( Berat mangkuk+sampel ) – Berat mangkuk
= 266,13 gram-265,63 gram
= 0,5 gram
% Rendamen =
=
= 2,23 %
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan
percobaan mengenai ekstraksi dengan soxhlet, adapun tujuan dari percobaan yaitu
agar praktikan memahami prinsip ekstraksi secara soxhlet, agar praktikan mampu
memahami prosedur serta kelebihan dan kekurangan dari ekstraksi soxhlet.
Soxhletasi merupakan suatu metode
pemisahan suatu kompenen yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian
berulang-ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang
diinginkan dalam sampel dapat terisolasi dengan sempurna (Dirjen pom, 1986).
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendinginan balik dan turun penyari simplisia dalam
klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melewati
pipa siton (Rene, 2010).
Adapun prinsip soxhletasi yaitu
penyarian yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut
yang digunakan relatif sedikit. Bila penyarian ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari, metode
soxhletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut. Tapi tidak melarutkan zat
padat yang tidak diinginkan (Dirjen pom, 1992).
Pada percobaan kali ini mula-mula yang
dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum.
Kemudian, dilakukan penimbangan sampel yang akan digunakan, yakni berupa sampel
batang bambu sebanyak 22,35 gr. Sebelumnya sampel telah terlebih dahulu sampel
diperkecil ukurannya dengan tujuan untuk memperluas daerah kontak sampel untuk
penguapan air, selain itu bertujuan untuk mempercepat penarikan senyawa yang
ada dalam sampel. Setelah itu, sampel dibungkus menggunakan kertas saring berbentuk
memanjang kemudian dimasukkan sampel dalam salah satu rangkaian alat soxhleat
yaitu vapor. Ditempat lain, yaitu pada labu alas bulat dimasukkan pelarut
etanol sebanyak 100 ml disusul dengan dimasukkanya batu didih dalam labu alas
bulat berisi etanol 96%. Alasan penggunaan etanol sebagai pelarut yaitu karena
etanol mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstraksi bahan lebih
banyak dibandingkan dengan jenis pelarut organik lainnya. Etanol dapat pula
melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat dan senyawa
organik lainnya. Pelarut etanol yang digunakan akan mengekstraksi dengan panas
kemudian akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian didinginkan dalam
kondensor lalu turun lagi kewadah dan mengekstraksi lagi. Karena pada umumnya
ekstraksi dengan soxhlet merupakan
ekstraksi yang berkesinambungan (khopkar 1990).
Selain itu, digunakan batu didih dengan
tujuan untuk mempercepat proses pendidihan dengan menahan tekanan atau menekan
gelembung panas pada sampel serta menyebarkan panas secara merata keseluruh
bagian sampel.
Pada praktikum kali ini juga digunakan
kertas saring untuk membungkus atau mengalasi sampel yang dimasukkan dalam
vapor dengan tujuan agar tidak bercampur antara pelarut dan juga sampel dimana
perbandingan antara sampel dengan pelarut yaitu 1 : 3. Setelah itu dirangkailah
alat soxhleat dimana bagian bawah alat soxhleat disambungkan dengan labu alas
bulat yang berisi cairan pelarut dan batu didih. Kemudian dibagian atas labu
alas bulat disambungkan dengan vapor berisi sampel menyusul disambungkannnya
kondensor pada bagian atas vapor. Kemudian dibuka aliran air yang masuk ke
kondensor dan dinyalakan pemanas.
Lakukan proses ekstraksi hingga tetesan ekstrak tidak berwarna lagi, kemudian
didinginkan. Disimpan filtrat dalam wadah kemudian diuapkan sehingga didapatkan
ekstrak kental.
Dalam percobaan kali ini dilakukan
pemanasan selama 5 sirkulasi atau 5 siklus, dimana dalam metode soxhlet ini
ketika pelarut didihkan uapanya akan naik melewati soxhlet menuju ke pipa
pendingin. Air yang dingin diaruskan melewati bagian luar kondensor yang
mengembungkan uap pelarut sehingga kembali ke fase air, kemudian menetes ke
thimbel (Darmasih, 1997).
Setelah sudah mencapai 5 siklus diamati
dan diperoleh hasil ekstraksi berupa 0,5 gram dari batang bambu yang digunakan
sebanyak 22,35 gram. Kemudian didapat pula persen rendaman dari batang bambu
sebanyak 2,23%. Pemanasan sendiri dilakukan selama 3 jam.
Adapun keuntungan dari metode soxhlet
yaitu:
1.
Dapat digunakan sampel dengan tekstur dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
2.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
3.
Pemanasannya dapat diatur.
Adapun kekurangan dari
metode soxhlet yaitu:
1.
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul
pada wadah disebelah bawah terus menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
2.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhka volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan mengenai
ekstraksi dengan metode soxhlet
yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1.
Metode
soxhlet merupakan metode yang digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak tahan
terhadap pemanasan. Selain itu, ekstraksi dengan metode ini dipilih karena
pelarut yang digunakan relatif sedikit.
2.
Prinsip
kerja dari metode ekstraksi soxhlet yaitu penyarian yang
berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan
relatif sedikit. Bila penyarian ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersari, metode soxhletasi menggunakan
suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut. Tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak
diinginkan
3.
Hasil ekstrak yang diperoleh dari 22,35 gram batang
bambu yaitu sebanyak 0,5 gram dengan persen rendamen yaitu 2,23 % dan warna
ekstrak yaitu kekuning-kuningan.
B.
Saran
Pada saat sebelum dilakukannya
praktikum ada baiknya praktikan dengan pengawasan koordinator laboraturium
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum, sehingga dengan
demikian dapat menefisienkan aktu jalannya praktikum dan meminimalisir adanya
kesalahan-kesalahan di laboraturium.
DAFTAR PUSTAKA
Darmasih, 1997.Prinsip soxhlet.peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf.
[28 Maret 2010]
Depkes RI. (1978). Materia
Medika Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM, Depkes RI, 1986, Sediaan
Galenik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 1-26.
Ditjen POM, Depkes RI, 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 1-26.
Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes.
1979. Biokimia. Jakarta: Penerbit
EGC.
Isrul, Muhammad. 2018. Buku penuntuk
praktikum fitokimia II. STIKES Mandala waluya : Kendari.
Lucas, Howard J, David Pressman.
1949. Principles and Practice In Organic Chemistry. New York: John
Wiley and Sons, Inc.
Rene, Nursaerah Mulki Lazuardi.
2010. Mempelajari Ekstraksi Pigmen
Antosianin dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) dengan Berbagai Jenis
Pelarut. Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik, Universitas Pasundan: Bandung.
Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. (Alih
bahasa: A.Saptorahardjo). Jakarta: Ui Press.
Posting Komentar
Posting Komentar